Langsung ke konten utama

Filsafat Olahraga Final Paper



PENDAHULUAN
          Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah dimulai sejak manusia berada di bumi ini. Dengan perkembangan peradaban manusia, berkembang pula penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan Negara, secara berguna, serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, Negara dan hubungan internasionalnya. Pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang di gambarkan sebagai perubahan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Sejalan dengan kemajuan manusia dalam pemikiran dan ide-ide tentang pendidikan, kita pasti sepakat bahwa Filsafat sangat berperan penting dalam pendidikan. Sampai saat ini filsafat masih menjadi ilmu yang bermanfaat dan banyak dipelajari sebagian orang. Terbukti dengan masih dibukanya jurusan ilmu filsafat dan menjadi mata kuliah dibeberapa perguruan tinggi. Walaupun bagi orang awam filsafat sedikit membingungkan tetapi dengan kemauan dan usaha untuk mengetahui tentang filsafat  akan membuka jalan berpikir mengenai filsafat. Final paper ini dibuat agar dapat mengenal dan sedikit mendalami filsafat. Oleh sebab itu mahasiswa dituntut untuk mengerti mengenai arti dan perkembangan filsafat dalam olahraga. Semoga ilmu ini diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari dengan pemikiran rasionalnya. Tak lupa juga saya menghaturkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang memberikan bimbingannya mengenai dunia filsafat. Tentu saja, kritik dan saran dari berbagai pihak tetap saya nantikan untuk pertimbangan. Akhirnya, semoga position paper  ini bermanfaat. Amin

ISI

Mengapa ada filsafat? Mungkin pertanyaan itu terlalu sederhana, tetapi itulah filsafat yang ada menurut saya sebagai dewa penyelamat manusia dari pikiran yang tidak rasionalistis. Tidak ada yang tahu pasti asal mula atau kapan dimulainya filsafat, para filsuf menunjuk Yunani sebagai pusatnya. Di mulainya filsafat berarti dimulainya pemikiran dan ide-ide yang baru. Sebernanya ada rasa ragu dan bimbang untuk mendefinisikan arti filsafat karena Filsafat menurut saya merupakan ilmu yang unstabile, rumit dan abstrak , karena definisi atau arti dari filsafat itu berpengaruh dari pendapat setiap orang dan argumentasi yang menguatkan dari definisi tersebut. Unstabil yang dimaksud disini adalah filsafat yang berubah-ubah, baik arti maupun kajiannya, sedangkan rumit adalah pemahaman bagi orang yang baru mengenal filsafat seperti saya. Abstrak karena arti filsafat yang sebenarnya masih belum jelas.
Filsafat adalah berpikir untuk membuat hidup menjadi lebih terang, filsafat muncul karena ada rasa ketidakpuasan dan ingin selalu mencari sesuatu yang baru, pemikiran seperti inilah yang membuat filsafat berkembang. Setiap manusia selalu mencari kebenaran orang bebas mendefinisikan arti filsafat karena inti filsafat menurut saya berpikir dan berpendapat, dari zaman ke zaman filsafat terus berkembang sesuai dengan pemikiran filsuf atau orang itu sendiri. Filsafat adalah ilmu yang berkembang sesuai pemikiran manusia. Apabila ada dua filsuf yang di pertemukan dalam suatu forum diskusi untuk membicarakan arti filsafat pasti tidak akan ada jalan keluar, karena setiap filsuf akan berpegang teguh pada konsepnya masing-masing. Di dalam buku FILSAFAT UNTUK PEMULA  karya Richard Osborne, saya menemukan seorang filsuf yang berpendapat bahwa “mengamati sejarah umum filsafat merupakan upaya yang mustahil, bahkan sangat mungkin menimbulkan kerancuan. Tetapi, seperti yang dikatakan seorang filsuf, lebih baik melakukan sesuatu yang buruk daripada tidak berbuat apapun”. Yang menurut saya  memang lebih baik melakukan sesuatu yang buruk daripada tidak melakukan apapun karena setelah kita melakukan hal yang buruk kita kemudian tahu apa yang telah kita lakukan yang kemudian kita bisa perbaiki dilain hal, yang istilahnya ada hikmah dibalik semua itu. Daripada tidak melakukan apapun kita tidak akan pernah tahu apa kesalahan kita, jadi untuk apa hidup jika tidak melakukan apa-apa seperti orang mati saja.
Plato mengatakan bahwa segalanya akan beres bila para filsuf memerintah dunia. Menurut saya memang bisa terjadi karena di Yunani filsafat berarti “cinta akan kebijaksanaan”, jadi bila seorang filsuf memerintah dunia maka dunia akan beres karena selalu bijaksana, walaupun arti kebijaksanaan memiliki  banyak perbedaan tetapi saya berpendapat bahwa kebijaksanaan itu adalah dapat memberikan keadilan, keteraturan, keharmonisan dan kejujuran dalam menghadapi sesuatu hal.
Menurut Suparlan filsafat intisarinya ilmu pengetahuan, saya sangat setuju dengan pendapatnya karena dengan adanya filsafat lahir ilmu-ilmu yang baru baik ilmu alam, ketuhanan, ilmu sosial. Dalam bukunya: Suhartono, Suparlan. (2007). Nilai Filsafat bagi Ilmu Pengetahuan. Dalam Dasar-dasar Filsafat. Hal: 117-124, dalam nilai etik menyebutkan bahwa  bagi ilmu pengetahuan pada umumnya, filsafat berguna dalan hal memberikan tempat dan kedudukan yang tepat kepada setiap ilmu pengetahuan di dalam suatu hubungan yang tertib, teratur, harmonis dan dinamis serta di dalam satu kesatuan yang utuh yang menyeluruh. Menurut saya memang filsafat itu dapat memberikan tempat dan kedudukan yang tepat kepada setiap ilmu pengetahuan karena filsafat itu cinta akan kebijaksanaan, jadi tempat dan kedudukannya adil, tertib, harmonis dan dinamis. Seperti yang dikatakan juga oleh filsuf yang bernama Bertrand Russel yang memberikan definisinya filsafat adalah tanah tak bertuan antara sains dan teologi, yang terbuka terhadap serangan dari kedua pihak, jadi memang filsafat bagi ilmu pengetahuan memberikan tempat dan kedudukan yang tepat sehingga menjadikan hubungan yang tertib, teratur, harmonis dan dinamis. Filsafat itu ilmu yang rumit butuh waktu untuk memecahkan masalah yang ada di dalamnya.
 Dimulai dari pemikiran Francis Bacon, ia seorang filsuf yang mempunyai keinginantahuan yang kuat  mengenai ide-ide dan sesuatu yang baru, pendapatnya “bila manusia mulai dengan kepastian, ia akan berakhir dalam keraguan. Tetapi bila ia puas untuk mulai dengan keraguan, ia akan berakhir dengan kepastian. Karena menurut saya orang yang memulai dengan kepastian biasanya merasa puas, tidak berusaha mencobanya lagi dan cenderung berpikir ragu dengan hasil yang dilakukannya. Sedangkan memulai sesuatu dengan keraguan ia akan terus mencoba sesuatu yang baru dan terus mencoba sebelum menemukan sesuatu yang dianggap tepat bagi dirinya. Semboyannya  “knowledge is power” artinya pengetahuan adalah kekuasaan, menurut saya merupakan hal yang nyata dan benar apalagi dimasa-masa sekarang ini, misal seorang lulusan SMA dan Sarjana bekerja pada suatu istansi walaupun kerjanya lebih berat lulusan SMA tapi gaji , kedudukan,  lebih tinggi lulusan Sarjana dan orang biasanya lebih menghargai lulusan Sarjana, itu menandakan orang yang berpengetahuan tinggi memiliki kekuasaan yang praktis.  Bacon selalu berusaha mencari pengetahuan melalui eksperimen dan observasi, dalam hal ini saya kurang sependapat dengan Bacon karena pengetahuan tidak selalu harus bereksperimen tetapi ada pengetahuan atau ilmu tertentu yang berasal dari hubungan social dan itu tidak mungkin bereksperimen tetapi harus melalui observasi atau pengamatan langsung. Bacon termasuk ilmuan yang berjasa tetapi ia ceroboh terhadap ilmu yang ia kembangkan sehingga kurang memperhatikan kesehatannya bahkan nyawanya. Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern, ahli dalam ilmu matematika. Seorang filsuf yang selalu mencari kebenaran dan kepastian hidup, mencari ide-ide dan sesuatu yang baru. Dia seorang yang egois karena menganggap ilmu-ilmu yang telah ada tidak berdasar. Ia menggariskan empat aturan yang menurut saya itu seperti langkah-langkah seorang penulis sebelum mencoretkan tintanya pada kertas.  
              Menurutnya badan dan jiwa tepisah tetapi dapat bekerja sama dengan rapi, itu menurut saya pernyataan yang kurang relevan karena bagaimanapun jiwa/roh dan badan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bila dipisahkan manusia akan mati. Badan dan jiwa adalah dua unsur yang bergabung menjadi satu yang bekerja sama saling melengkapi, tetapi keduanya tidak akan bekerja dengan baik tanpa ditambah pikiran dan akal budi, karena pikiran dan budi yang mengendalikannya. Pemikiran David Hume bawa hubungan sebab akibat palsu itu aneh karena semua yang berhubungan pasti ada sebab akibatnya, seperti manusia ada diciptakan pasti ada sebabnya,  kemudian akibatnya manusia mengenal dunia dan berpikir mengenai mengapa dia diciptakan, untuk apa? Yang kemudian memunculkan pemikiran tentang agama dan tuhan.. Pendapat Auguste Comte mengatakan filsafat positif hanya melihat kenyataan dan hanya menggunakan metode ilmiah dan hanya sains yang berguna sungguh-sungguh dimasyarakat. Menurut sains memang berguna di masyarakat tinggal masyarakat itu mau menerapkannya atau tidak, tetapi bukan berarti metafisika tidak berguna dalam masyarakat semua berguna atau tidak berguna tinggal manusia itu sendiri mau menerapkannya atau tidak, jadi ilmu berguna jika diterapkan. Positivisme Auguste Comte sangat luar biasa dengan cara berpikir rasional, positivisme akan membuat orang berpikir lebih maju, modern dan akan meninggalkan hal-hal mistis yang lekat didalam masyarakat kita. Dalam  Aiter & Billy. filsafat manusia Jean Paul Sartre mengatakan manusia adalah sebagaimana ia diperbuat oleh dirinya,  Ia masa depannya. Moral etika harus diciptakan manusia itu sendiri, manusia diberi kebebasan tapi yang bertanggung jawab. Pernyataan ini benar menginspirasi saya karena semua kelakuan manusia mencerminkan kepribadian dirinya, masa depannya ada pada manusia itu sendiri dengan doa, usaha dan kerja kerasnya. Masalah moral etika itu tergantung perbuatannya serta penilaian dari masyarakat, kebebasan dimiliki setiap individu tetapi kebebasan yang positif apbila bersifat negatif ia harus mempertanggung jawabkannya. Rasul Paulus menyatakan bahwa tubuh adalah persembahan untuk ALLAH, menurut saya bila ditinjau dari segi keagamaan maka itu ada benarnya karena semua ada dan kembali kepada Nya. Tetapi ditinjau dari ilmu pengetahuan tubuh ada karena proses biologi yaitu bertemu sel telur (ovum) dengan sperma kemudian terjadi pembuahan di rahim. Kemudian akan berbeda pula bila ditinjau dari segi filsafat tubuh ada untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Jadi sebaiknya jangan melihat sesuatu dari satu pandanngan tertentu, lebih banyak akan lebih baik.
              Setiawan, Caly. (2004). Krisis Identitas dan Legitimasi dalam Pendidikan Jasmani. Krisis identitas dan legimentasi memang sangat terasa pada pendidikan jasmani, menurut yang saya alami  pendidikan jasmani sering dianggap remeh, dipandang sebelah mata dan dianggap hanya mengandalakn otot belaka. Bahkan ada kalangan oknum tertentu yang menganggap pendidkan jasmani tidak penting dan menjadikannya mata pelajaran pelengkap saja. Tentu saja hal ini menjadi masalah yang tidak bisa dianggap remeh terutama dikalangan pendidikan jasmani. Menurut saya krisis identitas diri itu timbul dari kalangan pendidikan jasmani dan pemerintah, dalam hal ini para kalangan pendidikan jasmani hanya terpaku dengan hasil yang telah ada tanpa memberikan arti yang mendalam terhadap peserta didik akan pentingnya pendidikan jasmani didalam kehidupan. Tetapi kalangan pendidikan jasmani juga tidak dapat disalahkan justru pemerintah harus berperan lebih aktif  untuk menghadapi masalah ini. Sebagai pengatur kurikulum pemerintah sering menganggap sepele penjas dan lebih mengutamakan pelajaran-pelajaran baru yang dianggap penting, akibatnya posisi penjas dalam kurikulum sekolah menjadi rapuh. Pemerintah rupanya telah lupa dengan apa yang mengharumkan nama bangsa ini dikalangan mancanegara atau internasional. “Apakah dengan kasus korupsinya, teroris  atau TKI nya”?  Tentu tidak, yang pasti nama Indonesia harum karena prestasi atlet dan pelajar kita yang membanggakan.
Sebenarnya pendidikan jasmani tidak hanya menekankan pada aspek biologistik dan pedagogik saja tetapi penggabungan dari kedua aspek tersebut yang melahirkan aspek non pengajaran seperti kesehatan, permainan, rekreasi dan penghasilan. Oleh sebab itu pendidikan jasmani harus tetap diselenggarakan. Kita harus bangun pendidikan jasmani agar tetap bersinar didunia pendidikan. Sebagai calon guru penjas harus bersifat fleksibel sesuai dengan permintaan dan perkembangan zaman. Seorang guru juga dituntut profesional dan mampu membaur di lingkungan masyarakat.
Margono (2007). Landasan Falsafah Pendidikan Jasmani. Dalam: Asas dan Landasan pendidikan Jasmani. Aliran filsafat terhadap pedidikan jasmani yaitu idealisme, realisme, pragmatisme, naturalisme, eksistensialisme yang menurut saya harus dimiliki seorang guru penjas, dengan memiliki aspek tersebut  guru mampu mendorong perkembangan peserta didik tidak hanya dalam aspek fisik saja tetapi pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru penjas juga dituntut untuk menemukuan atau mengembangkan ide-ide baru kemudian dapat berbaur dengan peserta didik dan memberikan contoh tingkah laku yang baik agar dalam mengajar tidak membosankan. Peserta didik juga diberi kebebasan untuk berkreasi dan mengembangkan bakatnya dan seabagai guru kitaharus berperan membantunya. Menurut pandangan filsafat modern pembelajaran penjas harus memperlakukan peserta didik secara individual, dengan memperhatikan kebutuhan, minat, dan masalah yang dialami peserta didik dengan spesifik apalagi untu penderita cacat. Menurut saya tentu saja hal ini diperhatikan karena menyangkut kewajiban seoarang guru dan peserta didik harus mendapatkan itu. Kemudian keberhasilannya tergantung kepada peserta didik dan support dari orang tua, keadaan lingkungan juga berperan penting dalam mempengaruhi minat dan keberhasilan siswa.
Filsafat modern dan filsafat tradisional sangat berbeda dalam segi penyelengaraannya dalam program penjas. Di daerah pedesaan mungkin penyelenggaraan akan berbeda dengan kota yang sarananya biasanya lebih lengkap. Menurut saya hal ini seharusnya menjadi perhatian kita bersama, sebagai calon guru penjas harus melawan keterbatasan dengan kemampuan dan skiil yang kita miliki dan menjadikan peserta didik yang berkualitas yang berguna bagi bangsa dan negara. Seseorang yang menginginkan menjadi pendidik maka ia dipersyaratkan mempunyai kriteria yang diinginkan oleh dunia pendidikan. Tidak semua orang bisa menjadi pendidik kalau yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan bukti yang ditetapkan.
            Harapan adalah kebutuhan ontologis manusia. Harapan sungguh penting untuk dapat membangun dunia yang lebih baik. Tetapi harapan saja tidak cukup. Dibutuhkan konkretisasi dalam praktik kehidupan. Keputusasaan dapat melumpuhkan orang dan jatuh dalam fatalisme, sedangkan harapan akan memberikan tenaga untuk menciptakan dunia baru. Seorang guru harus mempunyai kompentensi dan dituntut untuk menjelaskan materi pembelajaran dengan baik sesuai kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap materi yang diberikan guru, dan guru pun harus bisa untuk dapat menjelaskan dengan jelas. Keahlian guru dalam menguasai mata studi bidang olahraga dan mampu menguasai kelas dengan baik dengan menyeimbangkan kompetensi sosial sehingga tercipta interaksi yang seimbang antara guru dengan peserta didik. Memang guru dan siswa tidak identik, mereka berbeda. Namun mereka perlu dialog. Dalam dialog itu mereka saling menghargai, saling belajar, saling menghindarkan dari tekanan penguasa. Pada zaman pra – orde baru tampak jelas bahwa pendidikan diarahkan pada kepentingan politik negara, yaitu untuk membangun nasionalisme, persatuan, dan penggalangan kekuatan bangsa. Pada zaman orde baru, tekanan pada segi ekonomi. Untuk itu diperlukan kestabilan dan keamanan negara. Maka pendidikan diarahkan pada uniformitas, keseragaman, baik dalam berpikir maupun dalam bertindak. Asas tunggal, wadah tunggal, organisasi tunggal, tidak boleh ada saingan, semua homogenitas ditekankan. Maka demokrasi tidak jalan. Sedangkan pada masa reformasi saat ini, arahnya lebih mau membangun masyarakat madani, masyarakat yang bercirikan demokrasi, penghargaan hak asasi manusia, supremasi hukum, dan otonomi.
            Cukup lama pendidikan di Indonesia dilakukan secara sentralisasi, semua diatur dari atas, dari soal policy sampai dengan kurikulum dan seragam. Sekaramg ini mulai ditekankan pada desentralisasi dan otonomi, di mana daerah atau kabupaten dan sekolah lokal mendapatkan tempat untuk menentukan policy tertentu dalam bidang pendidikan. Bahkan sekolah yang terakreditasi A dapat diberi kebebasan lebih besar. Dengan demikian maka sekolah dapat berbacu mengungkapkan keunggulannya.
Perubahan yang juga mencolok adalah pengurangan dominasi negara pada bidang pendidikan. Dulu sekolah dan pendidikan terlalu diurusi oleh negara, pendidikan dijadikan alat oleh negara, yaitu untuk menjaga ketertiban, keamanan negara. Maka tidak ada kebebasan dari sekolah,semua diatur oleh negara dan diarahkan kepada tujuan negara / pemerintah.
Pelaksanaan pendidikan cukup lama lebih diatur seccara otoriter. Semua orang harus menuruti apa yang diperintahkan dan diinstruksikan dari atas. Pada masa reformasi sekarang ini, siapapun boleh bicara, boleh usul, boleh menyumbangkan gagasan dalam pendidikan. Ada kebebasan untuk berpartisipasi. Maka mulai tampak ada guru protes dan siswa demo. Semua itu menunjukkan adanya trend abru menuju kepada demokrasi. Pendidikan selalu menjadi pertimbangan suatu bangsa untuk bias maju dan berkembang, tidak sedikit Negara – Negara maju mengutamakan pendidikan sebagai aset Negara dalam memajukan sumber daya manusianya. Begitu halnya terjadi pada Negara – Negara berkembang seperti Indonesia yang saat ini kedepan terus menyusun program – program untuk memajukan, mengembangkan dan memperbaiki system pendidikan yang ada. Tentunya kita perlu memandang negara – negara maju untuk bisa kita serap dan dikembangkan dalam Negara kita. Tetapi bukan sekedr meniru negara lain, pemerintah Indonesia pun mempunyai strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar nantinya dapat diserap dan dilaksanakan oleh bangsa ini.
Olahraga ibarat sembako yang menjadi kebutuhan sehari-hari manusia, tanpa olahraga manusia akan mengalami gangguan kesehatan. Oleh sebab itu ilmu olahraga sangat penting dan banyak dipelajari secara internasional. Ilmu olahraga berkembang dan filsafat berperan dalam ilmu olahraga dengan 3 cabang ilmunya yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dasar ontologi adalah materi yang berhubungan dengan objek, menurut saya itu sangat cocok karena dalam olahraga  harus terdapat objek yang diamati misal gerak. Epistemologi berkaitan dengan metode ilmu dan sistematika ilmu dalam olahraga, digunakan dalam metode pengajaran cabang olahraga, kesehatan dan anatomi manusia, taktik dan strategi permainan olahraga. Aksiologi lebih menekankan pada manfaat dari olahraga dan ilmu olahraga seperti dengan olahraga manusia dapat bersahabat, bekerjasama, sehat, saling menghormati perbedaan ras, suku, agama. Kemudian dengan mempelajari dan mendalami ilmu olahraga manusia akan mengetahui dan mengerti tentang kesehatan.

Akar eksistensi olahraga bahwa dalam bertanding harus siap mental yang kuat, berani merima kekalahan atau kegagalan dan berjuang untuk kemenangan. Dalam olahraga yang terkait adalah intelektual, fisik,  perjuangan, kompetisi dan prestasi kemenangan ( Hatab,1998:99). Menurut saya hal itu memang sangat diperlukan dalam olahraga atau pertandingan untuk memperoleh hal yang memuaskan. Ekspresi filosofis kultur olahraga bahwa olahraga juga memiliki sisi buram yang menurut Steven Galt Crowell yaitu brutalitas, agresifitas, dan merusak kesehatan. Bahkan ia juga menyebut olarhaga sebagai alat alamiah untuk “war on drugs’. Menurut saya olahraga memang memiliki segi negatifnya apabila disalah artikan dan gunakan, seperti brutalis yang sering terjadi didalam olahraga, biasanya ini terjadi karena tejadi ketidak puasan pemain, suporter, offecial. Bisa juga karena aura persaingan dan atsmosfer pertandingan yang memanas. Oahraga yang merusak kesehatan apabila digunakan dan diolah tidak sebagaimana mestinya. Kebutuhan atau porsi olahraga setiap orang berbeda-beda tergantung dengan kebutuhan masing-masing individu saat itu. Sedangkan istilah “War on Drugs”  menurut saya merupakan penyalah gunaan obat-obat terlarang dalam olahraga seperti doping sebagai pemacu stamina atau tenaga untuk bersaing didalam suatu pertandingan, misal juara bertahan oliempiade lari menggunakan doping karena tidak memiliki mental jiwa yang sportif.

Deklarasi ilmu olahraga pada tahun 1998 di Surabaya yang disebut dengan Deklarasi Surabaya. Dasar-dasar ilmu olahraga terkait dengan filsafat dengan cabang ilmunya ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Menurut saya ontologi lebih menekakan pada aspek fisik, epistemologi tata cara pelaksanaannya, dan aksiologi lebih menekankan pada manfaat olahraga. Seorang filsuf bernama Seneca mengatakan “bahwa menyehatkan jasmani dengan latihan fisik adalah salah satu jalan untuk mencegah timbulnya pikiran-pikiran yang tidak sehat yang membawa orang kepada perbuatan yang yang tidak baik. Saya sependapat dengan Seneca biasanya orang yang memiliki waktu luang tidak melakukan aktifitas akan berkhayal, duduk atau nongkrong dan membicarakan hal-hal yang tidak penting. Maka dengan beraktifitas, berolahraga dan mempelajari ilmu olahraga, manusia bisa hidup untuk lebih hidup dan hidup dalam kehidupan yang benar-benar hidup. Moral setiap pelaku olahraga merupakan upaya sadar diri terhadap tingakah lakunya. Etika dalam olahraga sangat dibutuhkan karena dalam olahraga tidak mengandalkan otot saja, tetapi terdapat aturan-aturan, sportifitas, kerjasama. Mungkin bagi orang awam olahraga hanya sebatas hobi dan mengandalkan otot belaka. Tetapi dalam perkembangannya olahraga dapat dijadikan lahan bisnis yang menjanjikan. Dalam olahraga dibutuhkan etika, kejujuran dan keadilan sangat erat berhubungan. Sebuah pertandingan yang tidak dilakukan dengan kejujuran pemain, keadilan wasit biasanya akan menimbulkan pertandingan yang tidak harmonis. Tanggung jawab merupakan hal yang mendasar dalam sebuah tindakan, sebuah keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan. Misal sebuah wasit dalam sebuah pertandingan wasit mengambil keputusan tertentu tentu hal itu harus disertai  dengan dasar tangung jawab dari keputusannya tersebut. Keputusanpun harus adil, jujur fair play.

Setiap orang yang terlibat dalam olahraga hendaknya berlaku fair play, atlet yang berkualitas tidak hanya dilihat dari prestasinya tetapi darimana atau dengan apa ia memperoleh prestasi, atlet yang controversial biasanya akan di cemooh public. Kebanyakan kasus yang menimpa atlet adalah kasus doping, kekerasan terhadap wasit atau official, maupun supporter. Dunia olahraga memang penuh dengan controversial seperti para artis yang mencari sensasi, wajah sepak bola Indonesia yang penuh dengan adegan kekerasan dan mungkin itu luapan dari pelaku akibat rasa ketidak puasaanya terhadap keputusan yang diambil. Sebenarnya dari kasus tersebut dapat diambil sedikit pengalaman yang sudah, seharusnya kita mencontoh sepak bola eropa yang disiplin dan prestasinya luar biasa. Sosialisasi mengenai fair play salah satu jalan agar system fair play dapat berjalan lancar mungkin dengan sosialisasi akan masyarakat akan lebih mengenal olahraga yang damai. Fair play adalah penyelamat olahraga. 

 
KESIMPULAN

Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang diambil dari kata (philia = persahabatan, cinta) dan (Sophia = kebijaksanaan). Ilmu filsafat induknya ilmu pengetahuan yang berkembang dari zaman ke zaman. Filsafat adalah berpikir untuk menjadi hidup lebih berguna sesuai dengan berkembangnya zaman. Dalam filsafat, berpikir, berpendapat sangat diperlukan karena itu merupakan inti dari filsafat. Filsafat sangat bermanfaat dikehidupan olaharaga. Filsafat menjadikan hidup lebih hidup dikehidupan yang benar-benar hidup. 

Filsafat dengan cabang-cabang ilmunya sangat berperan penting dalam pendidikan olahraga. . Dengan filsafat sebagai landasan pemikiran dalam olahraga diharapkan pendidikan jasmani atau olahraga di Indonesia dapat berkembang tanpa menghilangkan kode etik dalam olahraga. Etika dalam olahraga sangat dibutuhkan agar terjadi keharmonisan, salah satu contoh dengan menanamkan fair play dan sportifitas merupakan idaman olahraga, dengan itu olahraga terhindar dari kehancuran. Oleh sebab itu pendidkan jasmani tidak terlepas dari filsafat. Ilmu akan terus berkembang, sudah seharusnya kita sebagai calon pendidik berpikir untuk membuat suatu perubahan menuju yang lebih baik khususnya dibidang olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Aiter & Billy. Filsafat Manusia. Dari gettech.tripod.com/ARSIP/filsafat.htm
Anwar, M.H. (2008). Relasi Pemikiran Filsafat dan Pendidikan. Handout Matakuliah Filsafat Penjas dan Olahraga
http: //Filsafat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.mht.com
http://perkembangan  filsafat.com/ dalam dunia olahraga.mht.com
Lutan, Rusli. (2001). Menulusuri Makna Olahraga, dalam Olahraga dan Etika Fair Play
Margono (2007). Landasan Falsafah Pendidikan Jasmani. Dalam: Asas dan Landasan pendidikan Jasmani
Osborne Richard. Filsafat Untuk Pemula. Yogyakarta : Kanisius. 2001
Pramono, Made. (2003). Dasar-dasar Filosofis Ilmu Keolahragaan (Suatu Pengantar).
Setiawan, Caly. (2004). Krisis Identitas dan Legitimasi dalam Pendidikan Jasmani
Suhartono, Suparlan. (2007). Nilai Filsafat bagi Ilmu Pengetahuan. Dalam Dasar-dasar Filsafat. Ar Ruzz Media : Yogyakarta





















































 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Manajemen Siswa (Manajemen Pendidikan)

MANAJEMEN SISWA A. PENGERTIAN Manajemen siswa adalah kegiatan pencataan siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa tersebut lilis dari sekolah disebabkan karena tamat atau sebab lain. Tidak semua hal yang berhubungan dengan siswa termasuk dalam manajemen siswa. Pekerjaan mengenai siswa kadang-kadang termasuk dalam manajemen siswa, tetapi adakalanya termasuk dalam manajemen lain. (Suharsimi Arikunto (2008) : 57)

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN PENJAS

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN PENJAS 1)       Masalah etika dan moral. Semakin memburuknya nilai moral: 1.         keadilan, dalam hal ini semisal guru, murid atau wasit harus yang sportif dan fair play. Guru harus adil dalam memberikan nilai/hukuman terhadap peserta didik. Guru dan murid juga harus saling hormat menghormati. Wasit harus tegas dan adil, fair play dalam memimpin sebuah pertandingan dan peserta harus menghormati wasit sebagai pemimipin pertandingan. Hal ini kadang masih belum banyak diterapkan dalam penjas. Menurut ( Freeman ,2001;210) :  1. Keadilan dan Persamaan             Anak didik atau atlet adalah mengharapkan perlakuan yang adil dan sama. Anak didik ingin sebuah kesempatan untuk belajar yang sama. Seringkali anak didik yang di bawah rata-rata dalam olahraga diabaikan. 2. Respek terhadap diri sendiri             Pelajar atau atlet membutuhkan respek terhadap diri sendiri dan imej positif tentang dirinya untuk menjadi sukses. Pela