Langsung ke konten utama

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN PENJAS


PERMASALAHAN PEMBELAJARAN PENJAS
1)      Masalah etika dan moral.
Semakin memburuknya nilai moral:
1.        keadilan, dalam hal ini semisal guru, murid atau wasit harus yang sportif dan fair play. Guru harus adil dalam memberikan nilai/hukuman terhadap peserta didik. Guru dan murid juga harus saling hormat menghormati. Wasit harus tegas dan adil, fair play dalam memimpin sebuah pertandingan dan peserta harus menghormati wasit sebagai pemimipin pertandingan. Hal ini kadang masih belum banyak diterapkan dalam penjas.
Menurut (Freeman,2001;210) :
 1. Keadilan dan Persamaan
            Anak didik atau atlet adalah mengharapkan perlakuan yang adil dan sama. Anak didik ingin sebuah kesempatan untuk belajar yang sama. Seringkali anak didik yang di bawah rata-rata dalam olahraga diabaikan.
2. Respek terhadap diri sendiri
            Pelajar atau atlet membutuhkan respek terhadap diri sendiri dan imej positif tentang dirinya untuk menjadi sukses. Pelatih dan pengajar yang melatih semua anak didiknya dengan sama mengambil langkah tepat dalam setiap arahnya agar anak didiknya merasa dirinya penting dan layak dimata pengajarnya.
3. Rasa hormat dan kepedulian terhadap orang lain.
            Pelajar dan atlet membutuhkan rasa hormat kepada orang lain, apakah teman sekelasnya, lawan bertanding, guru ataupun pelatihnya. Mereka perlu belajar tentang bagaimana pentingnya memperlakukan orang lain dengan hormat.
4. Menghormati peraturan dan kewenangan
            Pelajar dan atlet perlu menghormati kewenangan dan peraturan, karena tanpa kedua hal ini suatu perhimpunan tidak akan berfungsi
5. Rasa terhadap perspektif atau nilai relatif

2.        Kejujuran, kejujuran merupakan hal penting untuk menjaga sportifitas dalam penjas, kejujran tidak hanya dalam perkataan tetapi lebih menunjuk ke perbuatan/tingkah laku, terkadang masih banyak ditemui peserta didik terlambat dan membuat alasan yang tidak benar/berbohong. Seorang  guru harus berperilaku jujur sebagai panutan peserta didik atau wasit dituntut jujur dalam pengambilan keputusannya, untuk pemain tidak melakukan kecurangan.


3.        Tanggung jawab,
Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang guru harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, murid, keluaraga ,masyarakat, bangsa dan Negara. Begitu pula peserta didik juga harus mempunyai rasa tanggung jawab. Seorang atlet harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada permainan itu sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam penjas/olahraga. Harus menghilangkan rasa aniaya, bayangkan bila guru/pelatih menginstruksikan untuk mencederai lawan? Seorang guru membolos mengajar dan menelantarkan muridnya, pasti ia tidak memiliki rasa tanggung jawab yang baik.


2)      Seorang guru tidak menerapkan pembelajaran yang sesuai
            Guru kurang kreatif,  guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan media maupun dalam strategi dan pendekatan pembelajaran itu sendiri.Dengan strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat, guru akan dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa bila siswa mengalami apa yang dipelajarinya. Ciptakanlah permainan, alat, gerakan modifikasi agar siswa senang dan tercapai kebugarannya.
            Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, berikan tugas tambahan dirumah agar anak lebih mandiri karena waktu pembelajaran di sekolah sangat terbatas. Berikan motivasi agar anak tertarik untuk melakukan kegiatan positif, seperti : extrakulikuler, kegiatan rohani,PMR, pramuka kegiatan outdor dll.
3)      Kebijakan Pemerintah Mengenai Kurikulum Sekolah yang Harus Diberlakukan Tidak Sepadan dengan Tujuan yang Akan Dicapai.
1.Perubahan nama bidang tetapi tidak diikuti isi program yang diajarkan.
2.Tidak diperhitungkan dalam kenaikan kelas
3.Pengurangan jam pelajaran pada sekolah menengah umum atau hanya dijadikan sebagai studi pilihan.
4.Penilain belajar tidak mengikut sertakan ranah kognitif.
5.Tidak tersedianya sarpras yang memadai
6. Kurang dukungan dari pihak terkait, misal kepsek, guru bidang studi lain, dan orang tua.

4)      Terkait dengan kondisi lapangan
1.Terbatasnya kemampuan guru penjas dan sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.
2. Guru penjas pada umumnya pasif dalam mengantisipasi perkembangan profesinya.
3. Jumlah guru bidang studi disekolah relatif kurang, terutama SD.
4. Model praktek pembelajran yang diajarkan guru dari TK-Perguruan Tinggi, cenderung tradisional dan terpusat pada guru.
5. Makin menurunnya kebugaran siswa.
Maka program pembelajaran penjas harus:
1. Berpusat pada siswa,
2. Disesuaikan dengan lingkungan sekolah,
3. Didasarkan pada perhatian dan keinginan anak yang dihubungkan dengan sekolah,
4. Didasarkan pada perhatian dan keinginan anak yang dihubungkan dengan kebutuhan masyarakat, Guru sebagai pemandu merencanakan program kegiatan bersama-sama siswa,
5. Dipusatkan pada pengembangan anak secara total, fisik, emosional, dan sosial yang perlu disempurnakan dan ditambah dengan kebutuhanmental,
6. Pelajaran pribadi secara langsung, memberi kesempatan untuk menunjukan kreativitas, sosialisasi,pemecahan masalah, dan bereksperimen,
7. Berhubungan dengan masyarakat sekolah yang tertutup dan bekerja sama dengan keluarga,
8. Disiplin pribadi,
9. Kurikulum yang universal,
10. Membantu lingkungan sekolah,
11. Menjamin terhadap pengembangan siswa secara individu, dan
12. Kelas sebagai laboratorium untuk menguji ide

5)      Masalah TI (technologi informasi)
Perkembangan zaman yang semakin modern guru dan murid dituntut untuk mengikuti perkembangan informasi dan tecknologi. TI dapat memudahkan kita dalam melaukan pekerjaan, memperoleh informasi. Namun banyak kalangan guru dan siswa yang kurang memahami TI seperti : kurang dapat mengoperasikan komputer ataupun berbrowsing internet.
6)      Kurangnya Tercapainya Tujuan Penjas
Tujuan pendidikan jasmani yang ingin dicapai pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, tentu harus diselesaikan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh masing-masingnegara. Meskipun  demikian, tujuan pendidikan jasmani harus mengacu pada pengembangan pribadi masnusia secara utuh, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk susila dan makhluk religious.
Menurut Bucher (1979:45), ada 5 tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan jasmani, yaitu:
1. organik, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa mengembangkan kekuatan otot, daya tahan kardiosvaskular, dan kelentukan.
2. Neuromuskuler. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan lokomotor, keterampilan nonlokomotor, dan bentuk-bentuk keterampilan dasar permainan, faktor-faktor gerak, keterampilan olahraga, dan keterampilan rekreasi.
3. Interperatif. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa untuk menyelidiki, menemukan,memperoleh pengetahuan dan membuat penilaian. Memahami peraturan permainan, mengukur keamanan, dan tata cara atau sopan santun. Menggunakan strategi dan teknik yang termasuk di dalam kegiatan organisasi. Mengetahui fungsi-fungsi tubuh dan hubungan dengan aktivitas fisik. Mengembangkan apreasiasi untuk penampilan individu. Menggunakan penilaian yang dihubungkan dengan jarak, waktu, ruang, tenaga, kecepatan, dan aturan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan, bola dan diri sendiri. Memahami faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan gerak. Berkemampuan memecahkan permasalahan dan berkembangan melalui permainan.
4. Sosial. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain dengan menghubungkan individu untuk masyarakat dan lingkungannya. Kemampuan dalam membuat penilaian dalam suatu situasi kelompok. Belajar berkomunikasi dengan orang lain. Berkemampuan untuk merubah dan menilai ide-ide dalam kelompok. Pengembangan dari fase-fase sosial dari kepribadian, sikap, dan nilai-nilai agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif. Belajar untuk membangun waktu seng
5. Emosional. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa melakukan respon yang sehat terhadap kegiatan fisik melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Mengembangkan tindakan-tindakan positif dalam menonton dan keikutsertaan baik pada saat berhasil maupun kalah. Menyalurkan tekanan melalui kegiatankegiatan fisik yang bermanfaat. Mencari jalan keluar untuk ekspresi dan kreativitas untuk diri sendiri. Mewujudkan suatu pengalaman seni yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang terkait. Berkemampuan untuk memiliki kegembiraan atau kesengsaraan.
Pendidikan jasmani menurut Gabbar (1975:5) ada tiga tujuan pokok yang harus dicapai, yaitu:
a) psikomotor, b) kognitif, c) afektif. Aspek psikomotor meliputi pertumbuhan biologis, kebugaranyang berhubungan dengan kesehatan dan keterampilan, efisiensi di dalam gerakan, dan sekumpulan dari keterampilan gerak. Aspek kognitif merupakan kemampuan untuk berpikir (penelitan, kreativitas, dan hubungan) kemampuan perseptual, kesadaran gerak, dan dukungan atau dorongan akademik. Aspek afektif meliputikegembiraan, konsep diri, sosialisasi (hubungan kelompok), sikap dan apresiasi untuk aktivitas fisik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Olahraga Final Paper

PENDAHULUAN           Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah dimulai sejak manusia berada di bumi ini. Dengan perkembangan peradaban manusia, berkembang pula penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan Negara, secara berguna, serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, Negara dan hubungan internasionalnya. Pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang di gambarkan sebagai perubahan yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Sejalan dengan kemajuan manusia dalam pemikiran dan ide-ide tentang pendidikan, kita pasti sepakat bahwa Filsafat sangat berperan penting dalam pendidikan. Sampai

Makalah Manajemen Siswa (Manajemen Pendidikan)

MANAJEMEN SISWA A. PENGERTIAN Manajemen siswa adalah kegiatan pencataan siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa tersebut lilis dari sekolah disebabkan karena tamat atau sebab lain. Tidak semua hal yang berhubungan dengan siswa termasuk dalam manajemen siswa. Pekerjaan mengenai siswa kadang-kadang termasuk dalam manajemen siswa, tetapi adakalanya termasuk dalam manajemen lain. (Suharsimi Arikunto (2008) : 57)